Minggu, 02 Juni 2013

MAKALAH PENDIDIKAN IPS I ETNISITAS DALAM PEMBANGUNAN NATIONAL AND CHARACTER BUILDING INDONESIA

MAKALAH PENDIDIKAN IPS I
ETNISITAS DALAM PEMBANGUNAN NATIONAL AND CHARACTER BUILDING INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS I

Description: LOGO UMMI

Disusun Oleh :

v  Asri Syahfariani (063161111092)
v  Devina Putri Wijaya (063161111095)
v  Shanty Afriyany (063161111096)
v  Siti Muzdalifah (063161111097)
( Prody PGSD Kelas C )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
( UMMI )
Jl.R.Syamsudin,SH No.50 Sukabumi 4311
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan IPS I dengan membahas tentang Etnisitas dalam Pembangunan National and Character Building  dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Dosen mata kuliah Pendidikan IPS I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
  2. Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.


                                                                                                Sukabumi,10 Oktober 2012
                                                                                            
                                                                                      












                                                                    DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………..……2                                    
Daftar Isi…………………………………………..……………………...3
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang…………………………………………….……..4
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………….….4
1.3.Tujuan Penulisan..……………………………………….…….....4
1.4.Sistematika Penulisan…………………………………….….…...5
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.Tentang Etnisitas dan Teori-teori………………………..……..…6
2.1.1. Etnisitas………………………………….………….…..….6
2.1.2. Nation and Character Building……………………....…….6
Bab III Pembahasan
3.1. Etnisitas dan Kebudayaan Nasional…………………………...…….7
3.2. Nation and Character building dulu dan sekarang………...………..11
Bab IV Kesimpulan
4.1. Kesimpulan…………………………………………………...……14
4.2. Saran………………………………………………………….……14
4.3. Penutup…………………………………………………………….15
Daftar Pustaka…………………………………….…………………..16










BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Keadaan bangsa Indonesia saat ini mudah dilihat dari beberapa fenomena yang sering muncul sebagai tantangan di berbagai bidang, baik di bidang ekonomi, politik, dan sosial budayanya. Masalah-masalah yang Indonesia alami saat ini memang kompleks, seiring dengan makin berkembangnya dinamika zaman yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa. Kebudayaan Indonesia yang menjadi identitas etnis atau suku bangsa yang tadinya dianggap mempunyai batas- batas yang jelaspun kini juga berubah. Perubahan ini berkaitan dengan faktor geografis dan nilai-nilai yang dibagi bersama yang dianggap pengikat dalam membentuk masyarakat. Faktor geografis berkaitan dengan wilayah geografis etnis yang tidak lagi terbatasi.
Demikian pula dengan faktor nilai-nilai yang dibagi bersama menjadi nilai-nilai yang sifatnya universal antar etnis, bahkan antar bangsa, sesuai dengan konteks dan setting sosial yang berbeda. Indonesia itu mencakup kesepakatan kuat mengenai cita-cita bersama, semangat persatuan, penghargaan atas kebhinekaan, kesediaan berkorban, berani kerja keras, ketulusan, solidaritas, dan rasa percaya diri. Ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia bukan bangsa yang secara histotris adalah bangsa tak bermutu. Masyarakat Indonesia memiliki kualitas atau kekuatan yang apabila dipupuk dan dikembangkan dapat mengantarnya kepada kemajuan.

1.2.Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Etnisitas dan kebudayaan Nasional saat ini ?
  2. Bagaimana penerapan nation and character building dulu dan sekarang ?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.




1.4.Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
1.4.Sistematika Penulisan 
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Tentang Etnisitas dan Teori-teori
2.1.1.  Etnisitas
2.1.2. Nation and Character Building
Bab III Pembahasan
3.1. Etnisitas dan Kebudayaan Nasional
3.2. Nation and Character building dulu dan sekarang
Bab IV Kesimpulan
      4.1. Kesimpulan
      4.2. Saran
      4.3. Penutup
Daftar Pustaka













BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1.Tentang Etnisitas dan Teori-teori
2.1.1. Etnisitas
 "Etnisitas adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman manusia" meskipun definisi ini seringkali mudah diubah-ubah. Etnisitas adalah suku bangsa, yakni berkaitan dengan kesadaran akan kesamaan tradisi budaya, biologis, dan jati diri sebagai suatu kelompok dalam suatu masyarakat yang lebih luas.
Bangsa ini dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku dan di setiap suku pasti memiliki tata peraturan yang berbeda pula seperti kita lihat di kalimantan barat dan kalimantan timur ketua sukunya menentukan pembagian kekuasaan serta hubungan dengan suku-suku lain karena itu di sana kekuasaan memegang peranan yang sangat penting.

2.1.2. Nation and character building
Nation and character building adalah pembangunan karakter dan bangsa. Ernest Renan berpendapat, nation atau bangsa ialah suatu solidaritas besar, yang terbentuk karena adanya kesadaran akan pentingnya berkorban dan hidup bersama-sama di tengah perbedaan, dan mereka dipersatukan oleh adanya visi bersama. Sedangkan arti karakter itu sendiri berkaitan dengan kekuatan moral, jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang punya kualitas moral tertentu yang positif.
Presiden Soekarno melihat nation building sebagai fase kedua dalam revolusi Indonesia sesudah fase pertama yang dinamakan fase liberation yaitu pembebasan Indonesia dari penjajahan Belanda. karakter secara spesifik namun secara tersirat dapat ditangkap bahwa pembanguan karakter adalah tujuan utama pendidikan.





BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Etnisitas dan Kebudayaan Nasional
Etnisitas dan kebudayaan nasional adalah berupa puncak dari budaya suku-suku yang menghuni bumi nusantara ini. Kebudayaan nasional adalah hasil sintesa dari berbagai jenis budaya suku tersebut,yang membentuk pola baru.
Lingkungan alam tempat dimana manusia indonesia itu hidup juga beraneka ragam.dengan demikian faktor manusia dan lingkungan sangat yang sangat beragam itu jelas menentukan bentuk budaya yang beragam pula.ragam manusia indonesia yang tercermin dalam suku-suku sudah tentu membentuk budaya suku-suku itu, dimana masing-masing hidup dalam lingkungan alam geografis yang berbeda.perbedaan itu masih ditambah pula dengan perbedaan latar belakang sejarah dan sistem ekonominya,jadi secara ringkas bisa dikatakan bahwa di dalam keberbedaan itulah suku-suku bangsa indonesia membudaya.
Sesuatu yang sudah di terima menjadi milik  nasional.kebudayaan adalah sistem  gagasan ,tindakan dan hasil karya manusia,maka bisalah kita mencari unsur-unsur budaya mana yang mengandung kesamaan itu secara umum.
Beberapa diantaranya ialah :
  1. Pancasila
Pancasila adalah falsafah negara republik indonesia yang sudah diterima oleh     seluruh rakyat dan menjadi pedoman bertindak yang mantap bagi bangsa indonesi.pancasila itu digali dari bumi indonesia sendiri. Keampuhan pancasila sebagai alat pemersatu bangsa telah dibuktikan menjadi cobaan-cobaan berat baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.
  1. Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45)
UUD’45 adalah landasan konstitusional yang menjadi batu berpijk buat melangkah dan mengarungi samudera kehidupan bangsa Indonesia.sifat UUD’45 adalah mengikat semua pihak agar tidak bisa berbuat semau sendiri saja,semua pemerintah lembaga-lenbaga negara, dan seluruh warna negara indonesia.


  1. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Para pemuda indonesia pada hari tersebut telah bertindak mengucapkan ikrar sumpah pemuda,yakni, mengaku Satu Nusa Satu Bangsa,Satu Bahasa: Indonesia.
  1. Bendera Merah-Putih ,lagu Indonesia Raya Lambang Garuda.
  2. Bahasa Indonesia.
Inipun merupakan produk bangsa Indonesia yang mampu menghimpun Indonesia berasal dari Induk bahasa Melayu yang termasuk Induk bahasa Austronesia. Bahasa Melayu /Austronesia ini akar-akarnya memang telah menyebar diseluruh pulau-pulau Nusantara ini .walaupun masing-masing suku sudah mempunyai bahasa sendiri-sendiri namun mereka dengan mudah bisa menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional karena banyak akar katanya sudah sama dengan istilah –istilah di daerah masing-masing.
  1.  Kepercayaan kepada roh nenek Moyang
Memang di semua suku di Indonesia dari masa purba hingga  sekarang, pemujaan Roh nenek moyang tetap berlangsung walaupun sudah mengalami gempuran pengaruh Hindu-Islam dan Barat. Itu merupakan ciri khas bangsa dimana semua suku melakukannya baik secara terbuka dan murni, maupun telah dikombinir dengan unsur-unsur budaya pendatang itu.
  1. Sikap Ramah Dan Gotong Royong
Ini adalah merupakan sikap tindakan khas bangsa Indonesia yang terkenal di dunia internasional. Sebagian besar suku-suku di indonesia bersikap ramah dengan ekspresi senyum, ingin menolong dan menyenangkan orang lain. Sikap ini berkaitan erat dengan sikap gotong royong yang merupakan ciri masyarakat radisional itu.
  1. Modernisasi dan Pembangunan
Ide dan tindakan pemerintah serta rakyat Indonesia sebagai jawaban atas keterbelakangan yang melanda masyarakat. Ide dan tindakan ini keluar dari dorongan kenyataan bahwa sumber-sumber alam makin menipis, sedangkan tuntutan kehidupan masyarakat makin membengkak. Karenanya manusia indonesia harus bisa menguasai alam dan berani merombak apa yang menjadi sebab keterbelakangan di bidang lain, misalnya pendidikan, ekonomi,keamanan,pertanian,penghubung dan telekomunikasi. [1]
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk tertinggi yang memiliki gejala-gejala istimewa yang hanya terdapat pada manusia saja, dan tidak terdapat pada benda mati ataupun pada tumbuhan-tumbuhan.
Didalam mengatur hubungan kodrat manusia ini perlu adanya keserasian, keseimbangan, kesesuaian, ataupun kesamaan dalam tingkah laku baik untuk kepentingan pribadi (individu) ataupun untuk kepentingan masyarakat.Kemampuan yang demikian itu menjelma sebagai tingkah laku adil yang kemudian menjadi tujuan umat manusia dalam mengatur kehidupannya. Oleh sebab itu tingkah laku adil atau keadilan menjadi tumpuan harapan manusia,semua orang menghendaki keadilan.
Marilah kita sekarang mendalami serta menghayati keadilan,keadilan ialah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita mengakui hak hidup kita,maka kita wajib mempertahankan hak hidup tersebut dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain,kita wajib memberikan kesempatan kepada orang lain itu untuk mempertahankan hak hidup kita sendiri. Jadi keadilan pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajibannya(Drs.Suyadi M.P.1986).
Dengan keinsyafan dan kesadaran akan keadilan, kita akan mampu memenuhi cipta, rasa dan karsa manusia terhadap sesama atau pihak lain,sehingga akan membentuk hati nurani manusia,yang kita sebut: cinta kasih. Pada dasarnya, hakikat dan sifat kodrat manusia senantiasa berusaha untuk keadilan,bahkan dengan cintakasih akan mampu menggerakan dan meringankan kehendak manusia unuk meningkatkan kesejahteraan hidup pihak lain.keadilan dan cinta kasih ini merupakan sifat tingkah laku yang dapat di pisah-pisahkan kedunya saling berhubungan dan saling mengisi. Bahkan demi keadilan dan cinta kasih ,manusia rela mengurangi dan bahkan mengorbankan hak-haknya sendiri untuk kepentingan umum atau kepentingan untuk negara dan bangsanya tingkah laku inilah yang kita namakan ‘’rela berkorban”.
Hal ini disebabkan oleh adanya tingkah laku manusia yang berbeda .Karakteristik manusia yang berbeda-beda ini turut mempengaruhi wujud keadilan.hal ini mudah dimengerti karena tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.




Terjadilah keadilan semu misalnya saja:
*      Pengusaha       : Bagi mereka yang menanamkan adil,apabila keuntungan terbesar jatuh pada pihak pedagang.
*      Buruh              : Bagi buruh menganggap adil apabila upah dibayar pada waktunya dan keuntungan perusahaan juga  dibagi wajar pada kaum buruh.
*      Golongan Demokrat   : Mengaanggap adil apabila kepentingan rakyat selalu   diutamakan.
*      Golongan Komunis     : Menganggap adil sekiranya hak milik perseorangan ditiadakan .[2]
Tanggung jawab Kepada Bangsa\Negara
 Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia , tiap individual adalah warga negara suatu negara . Dalam berpikir, berbuat , bertindak , bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang di buat oleh negara . Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri . Bila perbuatan manusia itu salah , maka ia harus bertnggung jawab kepada negara .[3]
Contoh                        :
Dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis , Guru Isa yang terkenal dengan guru baik , terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula di pertanggungjawabkan kepada Pemerintah . Kalau perbuatan itu di ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan .

Masyarakat Indonesia adalah suatu masyarakat yang bhineka bukan hanya karena keadaan geografisnya tapi juga karena sejarah perkembangan bangsa Indonesia itu sendiri. Oleh sebab itu bangsa Indonesia bukan hanya terjadi dari berbagai suku tetapi juga dengan berbagai kebudayaan sesuai dengan pengaruh-pengaruh kebudayaan dunia yang telah memasuki Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Dengan demikian kebudayaan Indonesia terjadi dari lapisan-lapisan budaya dengan ciri yang khas yang telah masuk dan berintegrasi dalam budaya lokal. Dengan itu kita dapat mengenal lapisan-lapisan budaya Hindu-Budha, budaya Islam, budaya Kristen, dan pada akhir-akhir ini, kebudayaan di era global dengan dampak negatif dan positif yang dimilikinya.
Etnisitas tentunya dapat berperan penting di dalam pembentukan karakter pembangunan bangsa. Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa Indonesia adalah negara besar dan plural. Besar karena, wilayahnya yang amat luas dan jumlah penduduknya yang demikian banyak. Plural, karena kenekaragaman budaya (suku/etnis, ras, adat-istiadat, bahasa dan agama).

3.2. Nation and Character Building Dulu dan Sekarang
Sejak tahun tujuh-puluhan sampai sekarang pembangunan karakter dan pembangunan bangsa (character & nation building) tidak banyak mendapat perhatian, khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Dunia pendidikan kita melontarkan tema-tema yang lebih praktis seperti menyiapkan lulusan siap pakai dan pendidikan berbasis kompetensi. Dengan kata lain, pendidikan cenderung dilihat hanya sebagai instrument untuk menyiapkan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan aktivitas ekonomi. Dalam perspektif ini manusia hanya dipandang sebagai faktor produksi.
Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat di rasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bias timbul dan terpendam secara berbeda dari orang perorang dengan naluri kejuangannya masing- masing, tetapi bias juga timbul dalam kelompok yang berpontensi dasyat luar biasa kekuatannya.
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa , yakni rasa yang lahir secara alami karena adanya kebersamaan social yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantanggan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan , yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotism.
            Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang menyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiaannya. Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang mempersatukan dan member dasar keberadaan (raison d’entre)bangsa-bangsa di duniah. Dengan demikian rasa kebangsaan  bukanlah sesuatu yang unik yang hanya  ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.[4]

Keinginan masyarakat yang cinta akan tanah airnya untuk membangun karakter bangsa agar menjadi lebih bermartabat, berbudaya, berkeadaban, keteraturan, memiliki nasionalisme yang tinggi dan lain-lain. Akan mencerminkan sebuah kebudayaan yang tinggi dan menunjukan sebuah bangsa yang bermartabat dan berbudaya. Nilai-nilai tersebut disamping mampu menjadi budaya kehidupan masyarakat, juga mampu meningkatkan kinerja dalam bidang ekonomi, kualitas pendidikan dan pembangunan bangsa yang menjadikan bangsa sebagai bangsa yang maju dan disegani dunia.
Namun, dalam segala hal Indonesia relative tertinggal jauh. Padahal nilai-nilai positif yang pedomannya sudah ada dalam ajaran islam maupun ajaran pancasila yang menjadi landasan dasar Negara kita. Sebagaimana agama islam bermayoritas di Indonesia, sudah sewajarnya bila bangsa Indonesia mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dan saat ini hanya dengan harapan agar suatu saat bangsa kita bias berubah menjadi lebih baik dan menjadi bangsa yang berbudaya, berkarakter, dan berkualitas.
Pengaruh budaya barat adalah salah satu fator yang mempengaruhi terciptanya nilai-nilai budaya bangsa di masyarakat yang baik. Masyarakat indonesia yang sudah ditakdirkan hidup ditengah alam yang berkelimpahan ini , agaknya telah ternuai oleh karunia tersebut jadi apa yang tersirat dalam ungkapan tradisional jawa ini adalah kehidupan masyarakat yang penuh optimisme, yang dalam perkembangannya justru bisa menjurus kepada sikap santai saja. Kehidupan yang tidak perlu diperjuangkan karena semua sudah tersedia dengan melimpah ruah. Sikap yang demkian itu justru bisa membahayakan kehidupan pribadi maupun kelompok.
Menghadapi kenyataan ini, tidak bisa tidak kita harus berani melpaskan diri dari budaya yang menjerumuskan itu, dan bangkit mempersiapkan diri untuk menaklukan alam, demi mempertahankan hidup.. cara satu-satunya ialah menguasai teknologi modern. Metode tradisional harus sudah ditinggalkan karena tidak relevan dan tidak mampu lagi memecahkan masalah kehidupan sosial ekonomi,yang semakin menekan ini.
Kebudayaan barat yang disebut kebudayaan modern itu bermula pada zaman renaisance ketika vasco dan gamma sebagai wakil kebudayaan barat berhasil mengelilingi afrika dan mendarat di kalikut, maka terbentanglan bagi seluruh asia suatu sejarah baru. Sejak itulah bangsa eropa yang sudah modern itu berbondong-bondong datang ke asia dan secara perlahan –lahan membenamkan cengkraman kuku penjajahnya, yang membuat sengsara bangsa-bangsa dibenua ini, termasuk indonesia.bangsa –bangsa fortugis, inggris dan belanda saling berdatangan kenusantara kita. Kedatangan mereka yang semula berlatar belakang perdagangan itu kemudian berubah menjadi penjajahan [5]
Dan karena itulah bangsa kita jadi terhambat akan perkembangannya dan lebih sering berfikir instan, ketidak mandirian, karakter, dan tidak melalui proses panjang untuk mencapai sesuatu yang manusia itu sendiri inginkan. Sehingga moral, budaya dan adat istiadat yang di miliki bangsa sudah tidak dihiraukan lagi. Dan itulah Indonesia.


























BAB IV

4.1. Kesimpulan

Etnisitas yaitu suku bangsa, yakni berkaitan dengan kesadaran akan kesamaan tradisi budaya, biologis, dan jati diri sebagai suatu kelompok dalam suatu masyarakat yang lebih luas. Yang meliputi gejala-gejala yang terdapat di dalam pengalaman manusia.
Nation and character building adalah pembangunan karakter dan bangsa. Ernest Renan berpendapat, nation atau bangsa ialah suatu solidaritas besar, yang ada dalam  terbentuknya kesadaran akan pentingnya berkorban dan hidup bersama-sama di tengah perbedaan,yang mewujudkan  dipersatukannya  oleh adanya visi bersama untuk terjalin hubungan yang baik dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Etnisitas dan kebudayaan nasional adalah berupa puncak dari budaya suku-suku yang menghuni bumi nusantara ini yang didalamnya terdapat unsur-unsur budaya mana yang mengandung kesamaan itu secara umum kesamaan yang bisa diterima dan dikhayati oleh seluruh bangsa Indonesia secara nasional yang meliputi unsur-unsur pancasila,UUD 1945,sumpah pemuda,bendera merah putih,lagu indonesia Raya dan lambang garuda, bahasa Indonesia,kepercayaan kepada roh nenek moyang,sikap ramah dan gotong royong serta moderenisasi dan pembangunan.

4.2. Saran

Nation and Character Building Dulu dan Sekarang seharusnya mendapat perhatian yang lebih terutama perhatian dalam bidang Pendidikan,karena pendidikan sangat penting untuk zaman modern saat ini, meskipun pada zaman dahulu pendidikan kepentingannya tidak disamaratakan, sehingga diharapkan dengan adanya perhatian pada pendidikan yang modern indonesia bisa menghasilkan tenaga kerja yang profesional dibidangnya.
Jika perhatian pemerintah pada pendidikan tinggi maka Keinginan masyarakat yang cinta akan tanah airnya untuk membangun karakter bangsa agar menjadi lebih bermartabat, berbudaya, berkeadaban, keteraturan, memiliki nasionalisme yang tinggi dan lain-lain.





4.3. Penutup       
Demikian uraian makalah yang dapat saya sajikan, apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam pemaparan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan pastilah milik manusia karena itu, tidak lupa kritik dan saran selalu saya harapkan untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
.                 




































DAFTAR PUSTAKA

1.      Suryani. M.P., Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Universitas Terbuka, jakarta, 1985.
2.      Hartono, Drs, dkk Ilmu Budaya Dasar, CV. Pelangi, Surabaya, 1986.
3.      Samsurizal, Ilmu Budaya Dasar, Nur Cahaya, Yogjakarta, 1987.
4.      Mochtar Hadi, Ilmu Budaya Dasar, UNS, Surakarta, 1986.
5.      M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar, PT. Eresco, Bandung, 1987.
6.      Abu Ahmadi,Drs., Antropologi Budaya , CV.Pelangi,Surabaya,1986.
7.      Supribadi Sastrosupono,M.,Ilmu Budaya Dasar,UKSW , Salatiga,tiga,1987.
8.      Koentjaraningrat,Dr.,Pengantar Antropologi,PT.Penerbit Universitas Djakarta,1959.
9.      Selo Soemardjan Soelaeman Soemadi, Setangkai Bunga Sosiologi,Penerbit Fak.Ekonomi,Universitas Indonesia,Jakarta,1974.
10.  Hoegiono dkk. Drs,po.cit.
11.    itb2020.itb.ac.id/.../gedeRaka_character_and_nation_building.pdf



[1][1]  m. Suprihadi Sastro supono,ilmu Budaya  Dasar,UKSW,Salatiga,1987,hal 54
[2] Drs.Hoegiono dkk.,po.cit,hal 60.
[3] Drs. Suryadi, M.P., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar , Depdikbud, 1984, hal.90
[4] itb2020.itb.ac.id/.../gedeRaka_character_and_nation_building.pdf
[5] m. Suprihadi Sastro supono,ilmu Budaya  Dasar,UKSW,Salatiga,1987,hal 52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar