MAKALAH PENDIDIKAN IPS I
ETNISITAS DALAM PEMBANGUNAN NATIONAL
AND CHARACTER BUILDING INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS I
Disusun Oleh :
v Asri Syahfariani (063161111092)
v Devina Putri Wijaya (063161111095)
v Shanty Afriyany (063161111096)
v Siti Muzdalifah (063161111097)
( Prody PGSD Kelas C )
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
( UMMI )
Jl.R.Syamsudin,SH No.50
Sukabumi 4311
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT. bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan IPS I dengan
membahas tentang Etnisitas dalam Pembangunan
National and Character Building dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Dosen mata kuliah Pendidikan IPS I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
- Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Sukabumi,10
Oktober 2012
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar……………………………………………………..……2
Daftar Isi…………………………………………..……………………...3
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang…………………………………………….……..4
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………….….4
1.3.Tujuan Penulisan..……………………………………….…….....4
1.4.Sistematika Penulisan…………………………………….….…...5
Bab II Tinjauan
Pustaka
2.1.Tentang Etnisitas dan Teori-teori………………………..……..…6
2.1.1. Etnisitas………………………………….………….…..….6
2.1.2. Nation and Character Building……………………....…….6
Bab III
Pembahasan
3.1. Etnisitas dan Kebudayaan Nasional…………………………...…….7
3.2. Nation and Character building dulu dan sekarang………...………..11
Bab IV Kesimpulan
4.1. Kesimpulan…………………………………………………...……14
4.2. Saran………………………………………………………….……14
4.3. Penutup…………………………………………………………….15
Daftar Pustaka…………………………………….…………………..16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Keadaan bangsa Indonesia saat ini mudah dilihat dari beberapa
fenomena yang sering muncul sebagai tantangan di berbagai bidang, baik di
bidang ekonomi, politik, dan sosial budayanya. Masalah-masalah yang Indonesia
alami saat ini memang kompleks, seiring dengan makin berkembangnya dinamika
zaman yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa. Kebudayaan Indonesia yang
menjadi identitas etnis atau suku bangsa yang tadinya dianggap mempunyai batas-
batas yang jelaspun kini juga berubah. Perubahan ini berkaitan dengan faktor
geografis dan nilai-nilai yang dibagi bersama yang dianggap pengikat dalam
membentuk masyarakat. Faktor geografis berkaitan dengan wilayah geografis etnis
yang tidak lagi terbatasi.
Demikian pula dengan faktor nilai-nilai yang dibagi bersama menjadi
nilai-nilai yang sifatnya universal antar etnis, bahkan antar bangsa, sesuai
dengan konteks dan setting sosial yang berbeda. Indonesia itu mencakup
kesepakatan kuat mengenai cita-cita bersama, semangat persatuan, penghargaan
atas kebhinekaan, kesediaan berkorban, berani kerja keras, ketulusan,
solidaritas, dan rasa percaya diri. Ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia
bukan bangsa yang secara histotris adalah bangsa tak bermutu. Masyarakat
Indonesia memiliki kualitas atau kekuatan yang apabila dipupuk dan dikembangkan
dapat mengantarnya kepada kemajuan.
1.2.Rumusan Masalah
- Bagaimana Etnisitas dan kebudayaan Nasional saat ini ?
- Bagaimana penerapan nation and character building dulu dan sekarang ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah
untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
1.4.Sistematika penulisan
Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penulisan
1.4.Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan
Pustaka
2.1.
Tentang Etnisitas dan Teori-teori
2.1.1. Etnisitas
2.1.2. Nation and Character
Building
Bab III
Pembahasan
3.1.
Etnisitas dan Kebudayaan Nasional
3.2.
Nation and Character building dulu dan sekarang
Bab IV
Kesimpulan
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
4.3. Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.Tentang Etnisitas dan Teori-teori
2.1.1. Etnisitas
"Etnisitas
adalah sebuah faktor fundamental dalam kehidupan manusia. Ini adalah sebuah gejala yang terkandung dalam pengalaman
manusia" meskipun definisi ini seringkali mudah diubah-ubah.
Etnisitas adalah suku bangsa, yakni berkaitan dengan kesadaran akan kesamaan
tradisi budaya, biologis, dan jati diri sebagai suatu kelompok dalam suatu
masyarakat yang lebih luas.
Bangsa ini dikenal
sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku dan di setiap suku pasti
memiliki tata peraturan yang berbeda pula seperti kita lihat di kalimantan
barat dan kalimantan timur ketua sukunya menentukan pembagian kekuasaan serta
hubungan dengan suku-suku lain karena itu di sana kekuasaan memegang peranan
yang sangat penting.
2.1.2. Nation and
character building
Nation and character building adalah pembangunan karakter dan
bangsa. Ernest Renan berpendapat, nation atau bangsa ialah suatu solidaritas
besar, yang terbentuk karena adanya kesadaran akan pentingnya berkorban dan
hidup bersama-sama di tengah perbedaan, dan mereka dipersatukan oleh adanya
visi bersama. Sedangkan arti karakter itu sendiri berkaitan dengan kekuatan
moral, jadi, ‘orang berkarakter’ adalah orang punya kualitas moral tertentu
yang positif.
Presiden
Soekarno melihat nation building sebagai fase kedua dalam
revolusi Indonesia sesudah fase pertama yang dinamakan fase liberation yaitu pembebasan Indonesia
dari penjajahan Belanda. karakter secara spesifik namun secara tersirat dapat
ditangkap bahwa pembanguan karakter adalah tujuan utama pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Etnisitas dan Kebudayaan Nasional
Etnisitas dan kebudayaan nasional adalah berupa puncak dari
budaya suku-suku yang menghuni bumi nusantara ini. Kebudayaan nasional adalah
hasil sintesa dari berbagai jenis budaya suku tersebut,yang membentuk pola
baru.
Lingkungan alam tempat dimana manusia indonesia itu hidup
juga beraneka ragam.dengan demikian faktor manusia dan lingkungan sangat yang
sangat beragam itu jelas menentukan bentuk budaya yang beragam pula.ragam
manusia indonesia yang tercermin dalam suku-suku sudah tentu membentuk budaya
suku-suku itu, dimana masing-masing hidup dalam lingkungan alam geografis yang
berbeda.perbedaan itu masih ditambah pula dengan perbedaan latar belakang
sejarah dan sistem ekonominya,jadi secara ringkas bisa dikatakan bahwa di dalam
keberbedaan itulah suku-suku bangsa indonesia membudaya.
Sesuatu yang sudah di terima menjadi milik nasional.kebudayaan adalah sistem gagasan ,tindakan dan hasil karya
manusia,maka bisalah kita mencari unsur-unsur budaya mana yang mengandung
kesamaan itu secara umum.
Beberapa
diantaranya ialah :
- Pancasila
Pancasila adalah falsafah
negara republik indonesia yang sudah diterima oleh seluruh rakyat dan menjadi pedoman
bertindak yang mantap bagi bangsa indonesi.pancasila itu digali dari bumi
indonesia sendiri. Keampuhan pancasila sebagai alat pemersatu bangsa telah
dibuktikan menjadi cobaan-cobaan berat baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam negeri sendiri.
- Undang-undang Dasar 1945 (UUD’45)
UUD’45 adalah landasan
konstitusional yang menjadi batu berpijk buat melangkah dan mengarungi samudera
kehidupan bangsa Indonesia.sifat UUD’45 adalah mengikat semua pihak agar tidak
bisa berbuat semau sendiri saja,semua pemerintah lembaga-lenbaga negara, dan
seluruh warna negara indonesia.
- Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Para pemuda indonesia
pada hari tersebut telah bertindak mengucapkan ikrar sumpah pemuda,yakni,
mengaku Satu Nusa Satu Bangsa,Satu Bahasa: Indonesia.
- Bendera Merah-Putih ,lagu Indonesia Raya Lambang Garuda.
- Bahasa Indonesia.
Inipun merupakan produk
bangsa Indonesia yang mampu menghimpun Indonesia berasal dari Induk bahasa
Melayu yang termasuk Induk bahasa Austronesia. Bahasa Melayu /Austronesia ini
akar-akarnya memang telah menyebar diseluruh pulau-pulau Nusantara ini
.walaupun masing-masing suku sudah mempunyai bahasa sendiri-sendiri namun
mereka dengan mudah bisa menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional karena
banyak akar katanya sudah sama dengan istilah –istilah di daerah masing-masing.
- Kepercayaan kepada roh nenek Moyang
Memang di semua suku di
Indonesia dari masa purba hingga
sekarang, pemujaan Roh nenek moyang tetap berlangsung walaupun sudah
mengalami gempuran pengaruh Hindu-Islam dan Barat. Itu merupakan ciri khas
bangsa dimana semua suku melakukannya baik secara terbuka dan murni, maupun
telah dikombinir dengan unsur-unsur budaya pendatang itu.
- Sikap Ramah Dan Gotong Royong
Ini adalah merupakan
sikap tindakan khas bangsa Indonesia yang terkenal di dunia internasional.
Sebagian besar suku-suku di indonesia bersikap ramah dengan ekspresi senyum,
ingin menolong dan menyenangkan orang lain. Sikap ini berkaitan erat dengan
sikap gotong royong yang merupakan ciri masyarakat radisional itu.
- Modernisasi dan Pembangunan
Ide dan tindakan pemerintah serta rakyat Indonesia sebagai
jawaban atas keterbelakangan yang melanda masyarakat. Ide dan tindakan ini
keluar dari dorongan kenyataan bahwa sumber-sumber alam makin menipis,
sedangkan tuntutan kehidupan masyarakat makin membengkak. Karenanya manusia
indonesia harus bisa menguasai alam dan berani merombak apa yang menjadi sebab
keterbelakangan di bidang lain, misalnya pendidikan, ekonomi,keamanan,pertanian,penghubung
dan telekomunikasi. [1]
Manusia
sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk tertinggi yang memiliki gejala-gejala
istimewa yang hanya terdapat pada manusia saja, dan tidak terdapat pada benda
mati ataupun pada tumbuhan-tumbuhan.
Didalam
mengatur hubungan kodrat manusia ini perlu adanya keserasian, keseimbangan,
kesesuaian, ataupun kesamaan dalam tingkah laku baik untuk kepentingan pribadi
(individu) ataupun untuk kepentingan masyarakat.Kemampuan yang demikian itu
menjelma sebagai tingkah laku adil yang kemudian menjadi tujuan umat manusia
dalam mengatur kehidupannya. Oleh sebab itu tingkah laku adil atau keadilan
menjadi tumpuan harapan manusia,semua orang menghendaki keadilan.
Marilah
kita sekarang mendalami serta menghayati keadilan,keadilan ialah pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita mengakui hak hidup
kita,maka kita wajib mempertahankan hak hidup tersebut dengan bekerja keras
tanpa merugikan orang lain,kita wajib memberikan kesempatan kepada orang lain
itu untuk mempertahankan hak hidup kita sendiri. Jadi keadilan pada pokoknya
terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan
menjalankan kewajibannya(Drs.Suyadi M.P.1986).
Dengan
keinsyafan dan kesadaran akan keadilan, kita akan mampu memenuhi cipta, rasa
dan karsa manusia terhadap sesama atau pihak lain,sehingga akan membentuk hati
nurani manusia,yang kita sebut: cinta kasih. Pada dasarnya, hakikat dan sifat
kodrat manusia senantiasa berusaha untuk keadilan,bahkan dengan cintakasih akan
mampu menggerakan dan meringankan kehendak manusia unuk meningkatkan
kesejahteraan hidup pihak lain.keadilan dan cinta kasih ini merupakan sifat
tingkah laku yang dapat di pisah-pisahkan kedunya saling berhubungan dan saling
mengisi. Bahkan demi keadilan dan cinta kasih ,manusia rela mengurangi dan
bahkan mengorbankan hak-haknya sendiri untuk kepentingan umum atau kepentingan
untuk negara dan bangsanya tingkah laku inilah yang kita namakan ‘’rela
berkorban”.
Hal
ini disebabkan oleh adanya tingkah laku manusia yang berbeda .Karakteristik
manusia yang berbeda-beda ini turut mempengaruhi wujud keadilan.hal ini mudah
dimengerti karena tidak adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Terjadilah keadilan
semu misalnya saja:
Pengusaha :
Bagi mereka yang menanamkan adil,apabila keuntungan terbesar jatuh pada pihak
pedagang.
Buruh :
Bagi buruh menganggap adil apabila upah dibayar pada waktunya dan keuntungan
perusahaan juga dibagi wajar pada kaum
buruh.
Golongan Demokrat : Mengaanggap adil apabila kepentingan rakyat selalu diutamakan.
Tanggung jawab Kepada
Bangsa\Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia ,
tiap individual adalah warga negara suatu negara . Dalam berpikir, berbuat ,
bertindak , bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang di buat oleh negara . Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri . Bila
perbuatan manusia itu salah , maka ia harus bertnggung jawab kepada negara .[3]
Contoh :
Dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya
Mochtar Lubis , Guru Isa yang terkenal dengan guru baik , terpaksa mencuri
barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus
pula di pertanggungjawabkan kepada Pemerintah . Kalau perbuatan itu di ketahui
ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan .
Masyarakat Indonesia adalah suatu masyarakat yang bhineka bukan
hanya karena keadaan geografisnya tapi juga karena sejarah perkembangan bangsa
Indonesia itu sendiri. Oleh sebab itu bangsa Indonesia bukan hanya terjadi dari
berbagai suku tetapi juga dengan berbagai kebudayaan sesuai dengan
pengaruh-pengaruh kebudayaan dunia yang telah memasuki Indonesia sejak
berabad-abad yang lalu. Dengan demikian kebudayaan Indonesia terjadi dari
lapisan-lapisan budaya dengan ciri yang khas yang telah masuk dan berintegrasi
dalam budaya lokal. Dengan itu kita dapat mengenal lapisan-lapisan budaya
Hindu-Budha, budaya Islam, budaya Kristen, dan pada akhir-akhir ini, kebudayaan
di era global dengan dampak negatif dan positif yang dimilikinya.
Etnisitas tentunya dapat berperan penting di dalam pembentukan
karakter pembangunan bangsa. Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa
Indonesia adalah negara besar dan plural. Besar karena, wilayahnya yang amat
luas dan jumlah penduduknya yang demikian banyak. Plural, karena kenekaragaman
budaya (suku/etnis, ras, adat-istiadat, bahasa dan agama).
3.2. Nation and Character Building Dulu dan
Sekarang
Sejak tahun
tujuh-puluhan sampai sekarang pembangunan karakter dan pembangunan bangsa (character & nation building)
tidak banyak mendapat perhatian, khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan.
Dunia pendidikan kita melontarkan tema-tema yang lebih praktis seperti
menyiapkan lulusan siap pakai dan pendidikan berbasis kompetensi. Dengan kata
lain, pendidikan cenderung dilihat hanya sebagai instrument untuk menyiapkan
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan aktivitas ekonomi. Dalam perspektif ini
manusia hanya dipandang sebagai faktor produksi.
Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki
wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati
nuraninya. Dalam realitas, rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat di
rasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau resonansi dan pikiran
ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bias timbul dan terpendam
secara berbeda dari orang perorang dengan naluri kejuangannya masing- masing,
tetapi bias juga timbul dalam kelompok yang berpontensi dasyat luar biasa
kekuatannya.
Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa , yakni rasa yang
lahir secara alami karena adanya kebersamaan social yang tumbuh dari
kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan
dalam menghadapi tantanggan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ,
yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki
cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotism.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati
diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang menyakini nilai-nilai
budayanya, yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiaannya. Rasa
kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan member dasar keberadaan (raison d’entre)bangsa-bangsa di
duniah. Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang
hanya ada dalam diri bangsa kita karena hal yang sama juga dialami
bangsa-bangsa lain.[4]
Keinginan masyarakat yang cinta akan tanah airnya untuk
membangun karakter bangsa agar menjadi lebih bermartabat, berbudaya,
berkeadaban, keteraturan, memiliki nasionalisme yang tinggi dan lain-lain. Akan
mencerminkan sebuah kebudayaan yang tinggi dan menunjukan sebuah bangsa yang
bermartabat dan berbudaya. Nilai-nilai tersebut disamping mampu menjadi budaya
kehidupan masyarakat, juga mampu meningkatkan kinerja dalam bidang ekonomi,
kualitas pendidikan dan pembangunan bangsa yang menjadikan bangsa sebagai
bangsa yang maju dan disegani dunia.
Namun, dalam segala hal Indonesia relative tertinggal jauh.
Padahal nilai-nilai positif yang pedomannya sudah ada dalam ajaran islam maupun
ajaran pancasila yang menjadi landasan dasar Negara kita. Sebagaimana agama
islam bermayoritas di Indonesia, sudah sewajarnya bila bangsa Indonesia mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dan saat ini hanya
dengan harapan agar suatu saat bangsa kita bias berubah menjadi lebih baik dan
menjadi bangsa yang berbudaya, berkarakter, dan berkualitas.
Pengaruh
budaya barat adalah salah satu fator yang mempengaruhi terciptanya nilai-nilai
budaya bangsa di masyarakat yang baik. Masyarakat indonesia yang sudah ditakdirkan
hidup ditengah alam yang berkelimpahan ini , agaknya telah ternuai oleh karunia
tersebut jadi apa yang tersirat dalam ungkapan tradisional jawa ini adalah
kehidupan masyarakat yang penuh optimisme, yang dalam perkembangannya justru
bisa menjurus kepada sikap santai saja. Kehidupan yang tidak perlu
diperjuangkan karena semua sudah tersedia dengan melimpah ruah. Sikap yang
demkian itu justru bisa membahayakan kehidupan pribadi maupun kelompok.
Menghadapi
kenyataan ini, tidak bisa tidak kita harus berani melpaskan diri dari budaya
yang menjerumuskan itu, dan bangkit mempersiapkan diri untuk menaklukan alam,
demi mempertahankan hidup.. cara satu-satunya ialah menguasai teknologi modern.
Metode tradisional harus sudah ditinggalkan karena tidak relevan dan tidak
mampu lagi memecahkan masalah kehidupan sosial ekonomi,yang semakin menekan
ini.
Kebudayaan
barat yang disebut kebudayaan modern itu bermula pada zaman renaisance ketika
vasco dan gamma sebagai wakil kebudayaan barat berhasil mengelilingi afrika dan
mendarat di kalikut, maka terbentanglan bagi seluruh asia suatu sejarah baru.
Sejak itulah bangsa eropa yang sudah modern itu berbondong-bondong datang ke
asia dan secara perlahan –lahan membenamkan cengkraman kuku penjajahnya, yang
membuat sengsara bangsa-bangsa dibenua ini, termasuk indonesia.bangsa –bangsa
fortugis, inggris dan belanda saling berdatangan kenusantara kita. Kedatangan
mereka yang semula berlatar belakang perdagangan itu kemudian berubah menjadi
penjajahan [5]
Dan karena itulah bangsa kita jadi terhambat akan perkembangannya
dan lebih sering berfikir instan, ketidak mandirian, karakter, dan tidak
melalui proses panjang untuk mencapai sesuatu yang manusia itu sendiri
inginkan. Sehingga moral, budaya dan adat istiadat yang di miliki bangsa sudah
tidak dihiraukan lagi. Dan itulah Indonesia.
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Etnisitas
yaitu suku bangsa, yakni
berkaitan dengan kesadaran akan kesamaan tradisi budaya, biologis, dan jati
diri sebagai suatu kelompok dalam suatu masyarakat yang lebih luas. Yang meliputi
gejala-gejala yang terdapat di dalam pengalaman manusia.
Nation
and character building adalah pembangunan karakter dan bangsa. Ernest Renan
berpendapat, nation atau bangsa ialah suatu solidaritas besar, yang ada dalam terbentuknya kesadaran akan pentingnya
berkorban dan hidup bersama-sama di tengah perbedaan,yang mewujudkan dipersatukannya oleh adanya visi bersama untuk terjalin
hubungan yang baik dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Etnisitas
dan kebudayaan nasional adalah berupa puncak dari budaya suku-suku yang
menghuni bumi nusantara ini yang didalamnya terdapat unsur-unsur budaya mana
yang mengandung kesamaan itu secara umum kesamaan yang bisa diterima dan
dikhayati oleh seluruh bangsa Indonesia secara nasional yang meliputi
unsur-unsur pancasila,UUD 1945,sumpah pemuda,bendera merah putih,lagu indonesia
Raya dan lambang garuda, bahasa Indonesia,kepercayaan kepada roh nenek
moyang,sikap ramah dan gotong royong serta moderenisasi dan pembangunan.
4.2. Saran
Nation
and Character Building Dulu dan Sekarang seharusnya mendapat perhatian yang
lebih terutama perhatian dalam bidang Pendidikan,karena pendidikan sangat
penting untuk zaman modern saat ini, meskipun pada zaman dahulu pendidikan
kepentingannya tidak disamaratakan, sehingga diharapkan dengan adanya perhatian
pada pendidikan yang modern indonesia bisa menghasilkan tenaga kerja yang
profesional dibidangnya.
Jika
perhatian pemerintah pada pendidikan tinggi maka Keinginan masyarakat yang
cinta akan tanah airnya untuk membangun karakter bangsa agar menjadi lebih
bermartabat, berbudaya, berkeadaban, keteraturan, memiliki nasionalisme yang
tinggi dan lain-lain.
4.3. Penutup
Demikian uraian makalah yang dapat
saya sajikan, apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam
pemaparan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan hanya milik
Allah dan kekurangan pastilah milik manusia karena itu, tidak lupa kritik dan
saran selalu saya harapkan untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua
.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suryani. M.P., Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar,
Universitas Terbuka, jakarta, 1985.
2.
Hartono, Drs, dkk Ilmu Budaya Dasar, CV. Pelangi, Surabaya,
1986.
3.
Samsurizal, Ilmu Budaya Dasar, Nur Cahaya, Yogjakarta, 1987.
4.
Mochtar Hadi, Ilmu Budaya Dasar, UNS, Surakarta, 1986.
5.
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar,
PT. Eresco, Bandung, 1987.
6.
Abu Ahmadi,Drs., Antropologi
Budaya , CV.Pelangi,Surabaya,1986.
7.
Supribadi Sastrosupono,M.,Ilmu
Budaya Dasar,UKSW , Salatiga,tiga,1987.
8.
Koentjaraningrat,Dr.,Pengantar
Antropologi,PT.Penerbit Universitas Djakarta,1959.
9. Selo Soemardjan Soelaeman
Soemadi, Setangkai Bunga Sosiologi,Penerbit
Fak.Ekonomi,Universitas Indonesia,Jakarta,1974.
10. Hoegiono
dkk. Drs,po.cit.
11.
itb2020.itb.ac.id/.../gedeRaka_character_and_nation_building.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar