Bab I
Pendahuluan
1.1.
LATAR BELAKANG
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam
bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang
fundamental, dari sebab itulah kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan
individu dan masyarakat. Seperti, Indonesia yang mempunyai berbagai macam suku,
ras, adat, dan budaya serta alam lainnya. Indonesia juga kaya akan budaya.
Namun seiring berkembangnya zaman era globalisasi, Kebudayaan Indonesia mulai
luntur khususnya
kebudayaan lokal di bidang permainan tradisional, permaian tradisional yang
notabene diperuntukkan untuk anak-anak saat ini sudah perlahan-lahan berkurang
peminatnya. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi.
Dengan demikian pola pikir Indonesia terpengaruh pola budaya Barat, sehingga
mereka melupakan kebudayaannya sendiri.
Selain itu pemerintah terlihat asal-asalan dan
tidak menanggapi dengan serius dalam mengurusi kebudayaan di Negara kita,
sehingga dengan mudahnya Negara lain mengakui kebudayaan Indonesia sebagai
kebudayaannya.
Fungsi dari permainan itu sendiri ialah menjadikan Anak menjadi lebih kreatif. Sebagai terapi terhadap anak. Anak-anak dapat melepaskan emosinya. Mereka berteriak,
tertawa, dan bergerak. Kegiatan ini sebagai terapi untuk anak-anak yang
memerlukan kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak.
Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan
tepat dalam melakukan sesuatu.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa kebudayaan bangsa indonesia tidak dapat
berkembang, dan tidak dapat dikembangkan oleh masyarakat indonesia sendiri ?
2. Bagaimana hubungan peradaban dan kebudayaan ?
3. Apakah penyebab masyarakat sekarang lebih memeilih
permainan modern dari pada permainan
tradisional ?
4.
Sejauh
mana permainan tradisional enggrang batok dikenal oleh masyarakat indonesia ?
1.3.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk
memberikan gambaran secara garis besar mengenai objek-objek penelitian yang
akan dibahas dalam Jurnal ini, maka kami membagi bahasan-bahasan tersebut menjadi 5 (Lima) Bab.
Bab pertama Pendahuluan, yang isinya membahas mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua Review Literatur, Pada
bab ini membahas review literatur yang berisi
tentang definisi–definisi atau istilah–istilah yang digunakan dalam
pembahasan jurnal. Bab ketiga Metodelogi Penelitian, Pada bab ini membahas metodelogi yang berisi tentang cara-cara dan langkah
–langkah penelitian suatu permainan tradisional yaitu (enggrang batok) yang
digunakan dalam pembahasan jurnal. Bab selanjutnya Pembahasan Masalah, Pada
bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan dengan metodelogi
kuesioner yang berisi tentang
permainan tradisional enggrang batok yang digunakan dalam pembahasan junal. Dan pada Bab terakhir terdapat Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini
kami member kesimpulan atas masalah yang dibahas dan saran-saran yang dirasa
perlu kami sampaikan pada pihak-pihak yang terlibat.
Demikian gambaran-gambaran dari
seluruh bahasan yang kami ajukan sebagai hasil dari penelitian Jurnal kami
selama ini.
1.4.MANFAAT
PENULISAN
Manfaat dari
penetitian kami yaitu ;
·
Membuka pola pikir yang baru untuk
memperbaiki diri dan lebih peduli untuk
masa depan bangsa.
·
Mengingatkan pada pembaca akan
pentingnya budaya bangsa kita khususnya
permainan tradisional yang merupakan karakter sebuah bangsa.
·
Mengingatkan pada kita bahwa sudahkah
kita bercermin untuk bangga dan melestarikan budaya bangsa ?
·
Memberi motivasi pada pembaca untuk
lebih menanamkan rasa cinta tanah air.
Bab II
REVIEW LITERATURE
2.1.Budaya Lokal
Budaya Lokal adalah budaya asli
dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya
sebuah kelompok masyarakat lokal. (menurut J.W. Ajawaila.,di unduh dari http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html., Pada tanggal
30Januari 2013).
Budaya lokal merupakan sebuah benteng pertahanan bagi kita terhadap
gempuran budaya asing yang semakin hari semakin merambah. Sudah saatnya bagi
kita sebagai generasi muda untuk melestarikannya agar nilai-nilai budaya bangsa
tidak terus menerus melemah.Sebagian besar generasi muda sekarang secara tidak
langsung sudah mengabaikan budaya lokal. Padahal dalam budaya lokal banyak
terkandung nilai-nilai luhur yang yang dapat kita pelajari, sehingga kita tidak
akan terpengaruh oleh gaya hidup modern atau budaya barat karena telah
dibentengi oleh nilai-nilai leluhur. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam
terabainya budaya lokal, karena banyak hal yang mempengaruhinya misalnya tidak
adanya regenerasi budaya lokal terhadap generasi muda sekarang.Contohnya tidak
diperkenalkannya budaya lokal oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga tidak
salah jika anaknya tidak mengetahui budaya lokal warisan nenek moyang.[1]
2.2. Kearifan
Lokal
Kearifan lokal adalah budaya luhur
yang diciptakan nenek moyang lewat sebuah pengalaman yang akhirnya menjadi
sebuah pola-pola tertentu dan kaidah. Walaupan kearifan lokal bukanlah sebuah
ilmu pengetahuan, namun menjadi sumber ilmu pengetahuan modern dengan
diciptakan teori dan dalil-dalil yang dapat dirumuskan dan dihitung secara
logika.
Kekayaan kearifan lokal Nusantara ibarat 1001 kisah yang
tak selesai diceritakan dalam 1 malam. Perlu usaha dan kerja keras untuk
mengulik kekayaan lokal tanah air ini. Entah berapa banyak ilmu-ilmu
peninggalan nenek moyang yang masih bertahan hingga saat ini, setidaknya harus
diapresiasi sebagai sebuah pengetahuan.
Pengertian keafiran lokal terdiri dari 2 kata, yaitu
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Yang berarti setempat ,sementara wisdom
sama dengan kebijaksanaan.
Dengan demikian maka dapat dipahami, bahwa pengertian
kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan-padangan
setempat atau (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal, dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)
atau kebijaksanaan; dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,bernilai,baik,yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Menurut Gobyah nilai terpentingnya adalah kebenaran yang
telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan
lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada
filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara
tradisional. Kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya
masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan
pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi
kenusantaraan sebuah bangsa.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa kearifan
lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak
fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi
tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan
mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali
sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam
berarsitektur.
Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia
dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini
dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung,
yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup; dan
diwujudkannya sebagai tradisi.[2]
2.3. Kebudayaan Dan Peradaban
2.3.1. Kebudayaan
Kebudayaan + cultuur (bahasa
Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari
perkataan Latin “colere” yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah
atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”
Ditinjau dari sudut bahasa
Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan nasional adalah kebudayan
kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa
indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikannya. Seharusnya sebagai warga
negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya
akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut.
Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai
budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan
nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang tidak sesuai dengan
kebudayaan kita.
2.3.2. Peradaban
Koentjaraningrat, menyatakan masalah kebudayaan dan peradaban hanya soal istilah saja. Istilah “peradaban” biasanya dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang “harus” dan “indah”, seperti :
kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan yang
kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks. Tetapi pada sisi
lain, istilah peradaban juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.[3]
Menurut Damono, sebagaimana dikutip
oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa arab yang berarti ahlak atau
kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
Sesungguhnya adab yang berarti ahlak
atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti berhubungan erat dengan konsep-konsep
yang berwujud nilai moral (nilai-nilai dalam hubungannya dengan kesusilaan),
norma (aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu
benar atau salah, baik atau buruk), etika (nilai-nilai dan norma moral tentang
apa yang baik dan apa yang buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah
laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun), dan estetika
(berhubunga dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup
kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).[4]
Disamping istilah’kebudayaan ‘ ada
pula istilah’peradaban.’hal yang terakhir adalah sama dengan istilah inggris
cifilization, yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur-
unsure dari kebudayaan yang harus, maju, dan indah, seperti misalnya :
kesenian, ilmu Pengetahuan,adat sopan santun,pergaulan, kepandaian menulis,
Organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istialh –istilah ‘peradaban’ sering juga
dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi ilmu
Pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan, dan masyarakat
kota yang maju dan kompleks.
2.4. Globalisasi
Globalisasi adalah perkembangan kontemporer yang memiliki pengaruh
dalam perubahan dunia pada masa yang akan datang. Pengertian ini merupakan pengertian
secara umum.Efek perubahan globalisasi telah kita rasakan saat ini.jika
didefinisikan lebih sempit lagi, globalisasi memiliki pengertian semakin
sempitnya ruang dan waktu karena adanya teknologi perkembangan informasi yang
begitu cepat dan mengalir di seluruh penjuru dunia.
Tujuan dari globalisasi adalah
untuk meningkatkan taraf hidup manusia menjadi manusia modern dengan pemikiran
yang luas. kemudahan-kemudahan yang bisa diperoleh dari globalisasi mempercepat
manusia untuk belajar dari berbagai sumber. Tetapi jika hal ini tidak diimbangi
dengan kecerdasan emosi dan spiritual efek globalisasi malah akan menjadi
petaka bagi manusia yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Manusia akan lebih
terjerumus dalam hal-hal negatif yang sangat merugikan bagi diri sendiri dan
orang lain. Maka dari itu kita sebagi manusia yang memiliki akal dan moral yang
tinggi hendaknya mampu menyaring setiap informasi yang masuk dan dengan cerdas
memanfaatkan globalisasi dan membuang segala hal yang tidak sesuai dengan etika
dan perkembangan manusia. [5]
2.4.1.
Globalisasi dan Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir
semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values)
yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa
tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran
orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi
komunikasi.Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar
bangsa.Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
2.4.2.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
·
Berkembangnya
pertukaran kebudayaan internasional.
·
Penyebaran prinsip
multikebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar
kebudayaannya.
·
Persaingan bebas dalam
bidang ekonomi
·
Meningkakan interaksi
budaya antar negara melalui perkembangan media massa
2.4.3.
Dampak Globalisasi
Dampak Positif :
·
Mudah memperoleh informasi
dan ilmu pengetahuan
·
Mudah melakukan komunikasi
·
Cepat dalam bepergian
(mobilitas tinggi)
·
Menumbuhkan sikap
kosmopolitan dan toleran
·
Memacu untuk meningkatkan
kualitas diri
·
Mudah memenuhi kebutuhan
Dampak Negatif :
·
Informasi yang tidak
tersaring
·
Perilaku konsumtif
·
Membuat sikap menutup diri,
berpikir sempit
·
Pemborosan pengeluaran dan
meniru perilaku yang buruk
·
Mudah terpengaruh oleh hal
yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara[6]
2.5. Permainan Tradisional
2.5.1. Permainan Tradisional.
Setiap daerah mengenal permainan tradisional dengan namanya
masing-masing.Permainan ini dahulu sering dimainkan oleh anak-anak untuk
mengisi hari-hari bermain mereka.Namun sekarang, terutama di kota-kota besar,
permainan tradisional mulai ditinggalkan. Banyak hal yang menyebabkan permainan
tradisional mulai ditinggalkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
-
Kemajuan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak.
Setiap
negara menginginkan negaranya menguasai teknologi sesuai dengan perkembangan
jaman.Namun disadari atau tidak kemajauan teknologi terutama dalam bidang
permainan anak-anak membuat tergesernya permainan tradisional.
-
Adanya perdagangan bebas.
Secara
tidak langsung perdagangan bebas turut mengancam keberadaan permainan
tradisional, terutama di negara yang menjadi “pasar”. Banyak permainan anak
dari negara lain yang beredar dan terkesan mampu mengahadirikan permainan yang
lebih menarik.
-
Dunia anak yang penuh dengan imajinasi ditransformasikan pada
permainan modern semisal PlayStation.
Permainan tradisional merupakan
jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan
warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.Sebagian besar bentuk
permainannya relatif sederhana namun memberikan manfaat luar biasa jika kita
menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam.Namun keberadaannya
sekarang mulai tergeser oleh permainan modern, seperti PlayStation (PS) dan jenis permainan canggih lainnya
2.5.2. Manfaat Permainan Tradisional
Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya
permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan
anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan
tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara
langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa
pertumbuhannya.
Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai
berikut :
·
Mengembangkan
kecerdasan intelektual.
Banyak permainan anak yang dapat mengembangkan kecerdasan
intelektual biasanya dalam proses pembuatan alat permainan tradisional,
contohnya permainan layang-layang. Seorang anak yang membuat
layang-layang disadari atau tidak mereka mengunakan daya rasionalnya dalam
membuat sebuah layang-layang untuk bisa diterbangkan. Untuk bisa terbang
layang-layang harus seimbang anatara sisinya.Namun sayangnya layang-layang
dewasa ini banyak yang diperjual belikan sehingga seorang anak cenderung
berfikir instan.
·
Mengembangkan
kecerdasan emosional.
Dalam sebuah permainan tradisional selain melatih
kecerdasan intelektual juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak.
Anak terlibat dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun yang
lainnya, di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan mengatur
satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan.
·
Mengembangkan daya
kreatifitas.
Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan
mudah di dapat.Namun lewat hal ini seorang anak dapat terlatih daya
kreatifitasnya dalam menjadikan sebuah alat dalam permainan tradisional.
Misalnya mobil-mobilan yang terbuat dari serabut kelapa maupun jeruk bali. Hal
ini tentu dapat menunjang daya kreatifitas anak.[7]
Walaupun
banyak manfaat dari permainan tradisional ini, keberadaannya sekarang tinggal
dalam bentuk tulisan atau juga terkubur ditelan kemajuan jaman. Orangtua lebih
senang anaknya bermain di dalam rumah dengan alasan yang kuat yaitu : aman,
Anak lebih banyak di manjakan dengan diberi playstation dan juga game-game lain
yang sesuai dengan jamannya.
Alasan
orangtua membiarkan anak-anaknya bermain di dalam rumah adalah agar lebih mudah
dikontrol dan diawasi. Padahal dengan banyak bermain di luar, anak-anak lebih
mudah untuk belajar, terutama belajar berani sejak dini dan meninggalkan
“lingkaran amannya” yaitu orangtua.
2.5.3. Nilai-nilai yang terkandung dari
permainan tradisional
Nilai-nilai
yang terkandung dalam permainan tradisional adalah sebagai berikut :
a. Menanamkan
rasa cinta terhadap budaya bangsa;
b. Menananmkan
keuletan ,kesabaran dan ketabahan;
c. Menanamkan
cara berfikir yang kreatif;
d. Menanamkan
jiwa aktif yang mengarah ke hal yang baru (original) dan berbeda seperti saat
bermain permainan modern;
e. Menanamkan
daya kompetisi yang tinggi;
f. dan
menanamkan kepercayaan diri yang kuat.
Dengan
begitu banyak manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dari permainan
tradisional. Jadi, kenapa tidak kita lestarikan budaya dan juga memetik manfaat
dari permainan tersebut.
2.6. Permainan Tradisional Enggrang Batok
2.6.1.
Definisi Enggrang Batok
Eggrang batok adalah permainan tradisional
Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat
dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah
Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau
yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama
Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri
berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari
bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut
batungkau.
Bahan dasar tempurung kelapa yang
dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan
lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya
pun cukup mudah. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali
permainan-permainan tradisional, termasuk dolanan engrang batok. Namun paling
tidak generasi tua saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda sekarang.
Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah
kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan
akhirnya bisa menghargai karya dan identitas bangsanya sendiri walaupun
teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana.
Permainan tradisional yang menggunakan alat seperti
permainan engrang batok ini, pada umumnya bahan dasarnya banyak diperoleh di
sekitar lingkungan anak. Batok dalam bahasa Indonesia disebut tempurung.
Tempurung yang dipakai biasanya berasal dari buah kelapa tua yang telah
dibersihkan dari sabutnya. Kemudian tempurung itu dibelah menjadi dua bagian.
Isi kelapa dikeluarkan dari tempurung. Tempurung yang terbelah menjadi dua
bagian ini kemudian dihaluskan bagian luarnya agar kaki yang berpijak di
atasnya bisa merasa nyaman. Masing-masing belahan tempurung kemudian diberi
lubang di bagian tengah. Masing-masing lubang tempurung dimasuki tali sepanjang
sekitar 1,5 - 2 meter dan diberi pengait. Tali yang digunakan biasanya tali
lembut dan kuat, bisa berupa tali plastik atau dadung yang terbuat dari untaian
serat. Jadilah sebuah permainan tradisional yang disebut engrang batok.
2.6.2. Cara Memainkan Enggrang Batok
Permainan tradisional Engrang Batok Kelapa tidak bisa
dimainkan di dalam ruangan, melainkan harus dimainkan di luar rumah, khususnya
di tanah lapang yang berukuran luas dan tidak terbatas. Selain itu, permainan
Engrang Batok Kelapa sebaiknya dimainkan di tempat yang beralaskan tanah, bukan
di ubin atau alas lantai lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk
memainkan permainan Engrang Batok Kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun
biasanya permainan ini dimainkan pada waktu pagi, siang dan menjelang sore
hari.
Cara memainkannya dengan kaki diletakkan ke atas
masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya
tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan. Permainan
Engrang Batok Kelapa bisa dimainkan secara individu maupun kelompok.
Kadang-kadang, permainan ini di masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk perlombaan.
Tentu di sini anak diuji ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas Engrang
Batok Kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap
sebagai pemenang. Namun sering pula secara individu anak bermain egrang bathok
dalam situasi santai.
2.6.3. Manfaat Permainan Enggrang Batok
Manfaat Permainan Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka
menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para
pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat
permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara
tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum
digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para
pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif
menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat
bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan
bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak
yang memerlukannya kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam
bertindak. Dengan memainkan permainan Engrang Batok Kelapa, seseorang akan berusaha
memaksimalkan instingnya agar memperoleh hasil yang baik. Selain itu, permainan
ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan
sesuatu.
Meningkatkan ketahanan fisik maupun mental. Dengan
melakukan permainan Engrang Batok Kelapa, ketahanan tubuh seseorang akan
meningkat karena permainan ini membutuhkan aktivitas fisik yang cukup prima.
Selain itu, ketahanan mental pun akan meningkat karena dalam permainan ini juga
menuntut kestabilan mental. Melatih sportivitas dalam berkehidupan.
Terkadang, permainan Engrang Batok Kelapa dimainkan dalam bentuk kelompok atau
sebagai perlombaaan. Sehingga sportivitas harus tetap dijunjung.
Memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan. Permainan
ini bisa dimainkan dalam bentuk perlombaan, jadi tidak menutup kemungkinan ada
sosialisasi antar pemainnya. Menjaga kelestarian tradisi dan kearifan
lokal. Permainan Engrang Batok Kelapa merupakan produk asli Indonesia, dengan
memainkan alat permainan tradisional ini, secara langsung dapat melestarikan
kebudayaan yang dimiliki Negara kita.[8]
2.7. Permainan Tradisional Yang Mulai Hilang
Dapat kita ketahui saat ini sudah banyak
muncul permainan-permainan baru yang lebih modern yang membuat anak-anak lebih
tertarik untuk memainkannya, ini yang membuat permainan zaman dahulu khususnya
permainan tradisional mulai diabaikan atau bahkan tinggalkan oleh anak-anak
padahal permainan tradisional tidak kalah menarik dengan permainan modern jika
sudah mengenal dan sudah memainkannya. Berkurangnya minat anak terhadap
permainan tradisional di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·
Tidak ada regenerasi
Dengan
tidak adanya regenerasi dari orang tua kepada anaknya atau kepada generasi yang
baru, sehingga tidak salah jika anak pada zaman sekarang lebih mengenal dan memilih
permainan modern dari pada permainan tradisional.
·
Infrastuktur yang kurang memadai
Saat
ini infrastruktur dalam permainan tradisional kurang memadai bahkan sudah
hampir punah, seperti tanah lapang yang dahulunya banyak sekarang sudah beralih
fungsi menjadi gedung-gedung pencakar langit sehingga kecil kemungkinan bagi
anak untuk bermain permainan tradisional ditempat umum khususnya tanah lapang
sudah jarang dijumpai kalau pun tanah lapang itu tersedia tetapi kondisi tanah
lapangnya sudah berbeda, tidak seperti pada zaman dahulu yang begitu luas.
·
Alat-alat yang kurang mendukung dalam permainan tradisional
Hal ini
pun sangat mempengaruhi permainan tradisional mulai jarang ditemukan atau
bahkan hilang. Karena saat ini sudah jarang orang yang memproduksi alat untuk
permainan tradisional, sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk dapat
mengenal dan memainkan permainan tradisional.
Dengan adanya hal-hal diatas dapat kita ketahui bahwa permainan tradisional
yang merupakan warisan dari leluhur nenek moyang kita secara tidak langsung
mulai hilang. Sehingga menyebabkan tergesernya permainan tradisional oleh
permainan modern yang dengan mudah merambah serta memiliki desain yang lebih
canggih dan menarik perhatian anak-anak saat ini.
2.8.Hipotesis
Permainan tradisional dikalangan anak-anak
kini sudah jarang ditemukan karena saat ini sudah banyak muncul
permainan-permainan baru yang lebih modern yang membuat anak-anak lebih
tertarik untuk memainkannya, ini yang membuat permainan zaman dahulu khususnya
permainan tradisional mulai diabaikan atau bahkan tinggalkan oleh anak-anak
padahal permainan tradisional tidak kalah menarik dengan permainan modern jika
sudah mengenal dan sudah memainkannya.
Maka diperkirakan bahwa pelestarian permainan tradisional itu saat ini tidak
dapat berkembang di lingkungan kota-kota besar, dan belum
tentu di setiap daerah daerah dalam suatu propinsi juga mengembangkan permainan
tradisional seperti jawa barat sendiri tidak semua daerahnya melestarikan
permainan tradisional yang seharusnya menjadi
warisan dari leluhur nenek moyang kita.
Bab III
METODE PENELITIAN
Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini, dilakukan
secara kuantitatif. Menurut Nawawi, jenis penelitian kuantitatif memiliki
prosedur yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dilakukan
pengujian tenteng kebenaran atau tingkat validitas dan reliabilitas hasil
penelitian berupa kesimpulan-kesimpulan yang dirumuskan peneliti. [9]
3.1 Metode Penelitian / Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan segala sesuatu
yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial
tertentu. Fenomena yang kita ambil adalah berkenaan dengan kebudayaan lokal di negara kita, khususnya permainan
tradisional budaya sunda. Analisis
deskriptif kualitatif, akan dipergunakan
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis bagaimana budaya lokal
di negara kita saat ini, dan selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan motivasi untuk pelestarian budaya dalam hal permainan tradisional
khususnya enggrang batok dikalangan generasi muda yang perduli akan
perkembangan budaya saat ini.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lingkung
Seni Sanggar Anggitasari dan Sanggar Burayot Kp. Babakan Peundeuy Rt. 02 / 04 Desa Bojongkokosan Kecamatan Parungkuda Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data merupakan faktor
terpenting yang sangat diperlukan dalam penyusunan Jurnal ini, untuk memperoleh
data-data tersebut maka kami menggunakan cara-cara berikut :
a. Studi
Kepustakaan (Library Research)
Data diperoleh dengan membaca dan
mempelajari sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan ruang lingkup
penelitian, baik berupa buku literature, tulisan ilmiah, dan dokumen-dokumen.
b. Penelitian
Lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data lapangan atau di lokasi penelitian
digunakan cara :
1) Teknik
Kuesioner
Yaitu
suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada
responden melalui daftar pertanyaan berdasarkan indicator yang ada, dimana
setiap pertanyaan dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.
2) Teknik
Wawancara (Interview)
Yaitu
suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
wawancara (interview guide) tidak dirumuskan secara ketat, guna memberikan
keleluasaan kepada responden untuk mengekspresikan jawabannya. Secara khusus
teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik
kuesioner diatas.
3) Teknik
Observasi
Yaitu
suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan langsung terhadap obyek yang
diteliti, dengan berada langsung di lokasi obyek penelitian, yaitu Lingkung
Seni Sanggar Anggitasari dan Sanggar Boerayot di Parungkuda Kabupaten Sukabumi.
Untuk
mendapatkan data khususnya data lisan dibutuhkan informan. Informan yang baik,
harus memenuhi beberapa kriteria informan, yaitu:
Masyarakat
dan anak-anak anggota sanggar yang berdomisili di Kecamatan Parungkuda dan
Bojongkokosan, Kabupaten Sukabumi dan mengetahui permainan tradisional
khususnya permainan enggrang batok yang di fasilitasi di sanggar Boerayot dan
Sanggar Anggitasari.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu
alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan
dengan menggunakan suatu metode yang merupakan transformasi konsep yang telah
dioperasionalkan. Untuk pengumpulan data penulis menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada
responden, berisi daftar pertanyaan yang merupakan penjabaran dari
indicator-indikator penelitian.
3.5. Populasi Dan Sampel
Dalam pengumpulan data berupa kuesioner ditujukan kepada responden yang
merupakan anggota sanggar yang berjumlah 15 dari 25 orang anggota sanggar seluruhnya. Responden berusia
7-15 tahun dengan berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan pengumpulan data berupa wawancara dilakukan kepada
pendiri dan pelatih sanggar yang berjumlah 3 orang responden.
3.6. Waktu
Penelitian
waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 januari 2013
Bab IV
Pembahasan
4.1. Kebudayaan Bangsa yang Tidak Dapat
Berkembang
Memudarnya rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa ini membuat
kami tertarik mengangkat materi tentang minimnya bentuk apresiasi masyarakat
Indonesia terhadap kebudayaan lokal
khususnya dalam wujud permainan tradisional yang terlupakan seperti, permainan
enggrang batok. Sebagaimana
mestinya yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Koentjoroningrat tentang wujud
kebudayaan.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya
abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia.
Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu computer, pita
computer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup
dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system,
disebut system budaya atau cultural system, yang dalam bahasa indonesianya
disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah wujud system social. Mengenai tindakan
berpola manusia itu sendiri. System social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas
manusia yang berinteraksi satu dan yang lainnya dari waktu kewaktu, yang selalu
menurut pola tertentu. System social ini bersifat konkret, sehingga bias di observasi,
difoto dan di dokumenter.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu
sangat konkret berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga
wujud kebudayaan tersebut diatas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu
dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat megatur dan mengarahkan
tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan
benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk
lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamnya
sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya. [10]
Namun seiring berkembangnya zaman,
kebudayaan di Indonesia mulai luntur. khususnya kebudayaan lokal di bidang permainan
tradisional. Hal ini dikarenakan semakin
berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan
Indonesia. Budaya global semakin lama telah menggusur budaya lokal Indonesia.
Kebudayaan nasional adalah kebudayan
kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa
indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikannya. Seharusnya sebagai warga
negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini
sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan
tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh
nilai-nilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan
kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang
tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
4.2. Hubungan Peradaban dengan Kebudayaan
Kebudayaan
hakikatnya adalah hasil cipta, rasa , dan karsa manusia. Peradaban merupakan
tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat yang telah mencapai kemajuan tertentu
yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni.
Manusia sebagai
mahluk beradab karena di anugerahi harkat, martabat, serta potensi kemanusian
yang tinggi.Terkadang dalam perkembangannya bisa jatuh dalam perilaku
kebiadaban karena tidak mampunya menyeimbangkan atau mengendalikan karya cipta
budaya, rasa, dan karsa yang dimilikinya dan tidak komprehensif. [11]
4.3. Penyebab Tergesernya Permainan
Tradisional Oleh Permainan Modern
Seiring
dengan berjalannya waktu, permainan tradisional dari setiap daerah indonesia
perlahan menurun dari segi peminatnya karena datangnya teknologi baru yang
semakin canggih sehingga permainan tradisional semakin tergeserkan. Karena permainan modern
cenderung lebih menarik dan mudah dimainkan tidak membutuhkan lahan yang luas
dan anggota yang banyak tetapi hanya cukup menggunakan satu ruangan saja,
berbeda dengan permainan tradisional yang membutuhkan lahan yang luas dan
anggota yang banyak untuk memainkan permainan tersebut. Misalnya antara
permainan tradisional enggrang batok dengan permainan modern yaitu play
station. Dalam permainan tradisional enggrang batok tentu tidak bisa dimainkan
dalam ruangan karena jika dilakukan didalam ruangan terutama ruangan berlantai
tidak akan bermain dengan fokus karena akan terasa licin, jadi lebih baik
dimainkan diluar ruangan seperti di tanah lapang dan akan mengeluarkan keringat
yang menyebabkan badan berbau tidak sedap dan kotor. Namun selepas dari itu
akan muncul rasa senang, gembira karena memiliki rasa kebersamaan, sehingga
dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik. Sedangkan dalam memainkan
permainan modern hanya perlu dilakukan dalam ruangan, tidak harus merasa lelah
dan berkeringat, namun tidak akan memiliki rasa kebersamaan, sehingga tidak
dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik.
Dengan
berkurangnya tingkat kesadran masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal
khususnya permainan tradisional, lambat laun permainan tradisional yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern
yang semakin canggih. Sehingga masyarakat indonesia lebih tertarik kepada
permainan modern terebut. Maka dari itu tak heran jika saat ini kita sangat
jarang melihat permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat indonesia.
4.4. Masyarakat dan Permainan Tradisional
(Enggrang Batok)
Masyarakat
indonesia telah mengenal permainan enggrang batok, namun pada saat ini mereka
sebatas mengenal enggrang batok sebagai permainan yang dimainkan disaat adanya perayaan-perayaan hari besar
yang ada di indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan permainan enggrang batok
kurang dikenal oleh msyarakat indonesia.
Tetapi dari hasil penelitian yang
telah kami lakukan bahwa permainan tradisional ternyata masih ada yang peduli
terhadap kelestarian dari permainan tradisional itu seperti hal nya permainan
tradisional enggrang batok yang menjadi kegiatan rutin di Sanggar Anggita Sari
dan Grup Seni Burayot. Pendiri sanggar tersebut mempunyai tingkat kesadaran
yang tinggi untuk melestarikan warisan leluhur seperti permainan tradisional
enggrang batok. Beliau mendirikan sanggar tersebut memiliki tujuan untuk
melestarikan permainan tradisional khususnya permainan tradisional enggrang
batok agar dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat sekitar
sanggar dan anak-anak di sekitar sanggar
dengan memfasilitasi sarana dan prasarana untuk memainkan permainan tradisional
enggrang batok.. Sehingga permainan tradisional enggrang batok tidak punah dan tidak terlupakan oleh masyarakat
Indonesia khususnya generasi penerus bangsa.
BAB
V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas sudah jelas
bahwa Kebudayaan kita adalah kebudayan bersama yaitu kebudayaan yang
mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi
yang akan menjaga dan melestarikannya.
Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai
kekayaan budaya.
Dengan berkurangnya tingkat kesadaran
masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya permainan tradisional,
lambat laun permainan tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang
terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern yang semakin canggih. Sehingga
masyarakat indonesia lebih tertarik kepada permainan modern terebut. Maka dari
itu tak heran jika saat ini kita sangat jarang melihat permainan tradisional
dimainkan oleh masyarakat indonesia.
Seperti permainan enggrang batok
yang telah kami bahas, bahwa pentingnya rasa peduli terhadap kebudayaan
Indonesia adalah murni patut kita sendiri sebagai warga indonesia mengembangkan
dan melestarikannya. Dan peran orangtua dalam hal ini penting karena mereka
yang mendidik dan menenamkan rasa peduli terhadap kebudayaan bangsa dan anak
cucunyalah yang akan mewariskan kekayaan
bangsa kita.
5.2. SARAN
Saran
kami, seharusnya seluruh warga negara indonesia diberbagai pihak tanpa harus
memandang status sosial dapat melestarikan dan mengembangkan kebudayaan indonesia
terutama dalam bidang permainan tradisional. Sehingga seluruh warga indonesia
dapat mengenal dan kebudayaan bangsa indonesia akan terus lestari dan
berkembang hingga akhir zaman dan terkenal hingga kancah internasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2008, Hal 2
Hadari Nawawi, opcit, hal 26
Harsja W. Bachtiyar, Prof. Dr., Pedoman Penulisan IBD, Deodikbud,
Jakarta,1984.
Hartono, Drs. Dkk., Ilmu Budaya Dasar, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1986.
http://anasmapalasta.wordpress.com/2009/12/11/.,di unduh pada tanggal 22 januari 2013
http://astrid-astridnurfitriani.blogspot.com/2012/01/hubungan-peradaban-dan-kebudayaan.html,. Di unduh pada tanggal 29 Januari 2013
http://blog.umy.ac.id/meitafitrialina/2012/01/01/manfaat-permainan-tradisional-bagi-anak/.,di unduh pada tanggal 30 Januari 2013
http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html.,(diunduh pada tgl 30 Januari 2013)
http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/manusia-peradaban-dan-kebudayaan.html., (di unduh
pada tanggal 31 Januari 2013)
http://www.artikata.com/arti-354052-tempurung.html (diunduh pada tanggal 30
Januari 2013)
http://isetyabudi.blogspot.com/2010/11/ (di
unduh pada tanggal 1 Maret 2013)
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru,
Jakarta, Hal 301-302
Koentjaraningrat, Prof. Dr., Ilmu Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, t.t
M. Munadar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar, PT. Eresco, Bandung, 1987
Mochtar Hadi, Drs, Dkk, Ilmu Budaya Dasar, UNS, Surakarta, 1986
Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan
Peradaban)
Selo Soemardjan, Prof. Dr., Setangkai Bunga Sosiologi,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekomoni U.I, Jakarta, 1974
Suyadi M.P, Drs., Ilmu Budaya Dasar, modul 1- 3, Unika, Jkarta, 1985
Widya, Semarang, 1982.
SH.,Surahman M.Hum.dkk,Ilmu
Sosial Dan Budaya Dasar,Intimedia,Malang,2011.
[1] http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html.,(diunduh pada tgl 30 Januari 2013)
[3].http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/manusia-peradaban-dan-kebudayaan.html., (di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[4] Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan Peradaban)
Diktat Kuliah,
Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2008,
Hal 2
[7](http://blog.umy.ac.id/meitafitrialina/2012/01/01/manfaat-permainan-tradisional-bagi-anak/., (di unduh pada tanggal 30 Januari
2013)
[9] Hadari Nawawi, opcit, hal
26
[10] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, Hal 301-302
[11] (http://astrid-astridnurfitriani.blogspot.com/2012/01/hubungan-peradaban-dan-kebudayaan.html,. (di unduh pada tanggal 30 Januari
2013)